Kamis, 08 Desember 2011

Harapan Tya

Tanggamus, kemilau air lautmu menyiratkan kemakmuran. Keindahan gunungmu menakjubkan mata memandang.Tapi kini engkau harus kutinggalkan. Karena di ujung sana seonggok harapan ingin ketaburkan.
Tya adalah sosok pria agak pendiam. Namun sangat ramah bila bertegur sapa. Ia kini menapaki hari merengkuh cita-cita di kota dambaan. Harapan Tya adalah menjadi orang berguna dan mampu menyumbangkan ilmunya bagi nusa dan bangsa, agama, bahkan orang tuanya
Itulah cita-cita yang terlukis disudut  hati Tya.Ia selalu berdoa semoga apa yang ia dambakan akan menjadi kenyataan.
Dengan bekal ilmu dari guru SMAnya Tya merengkuh cita-cita. Hari-hari ia jalani, menimbah dan menggali ilmu.Mudah-mudahan harapannya akan terwujud.
Suatu hari Tya dikejukan oleh rekannya, Rif. "Tya bangun! Hari udah siang. Mau kuliah, enggak"
"Rif, kalau manggil jangan pakai pengeras suara, dong?. Nyantai aja lagi. Kan kulnya pukul 09.00. Nanti komplek ini hebo. Disangka ada kebakar," kata Tya.
Memang kawan Tya yang satu ini, kalau berbicara selalu bernada. Yah, begitulah. Lakonnya anak muda. Kalau tidak berteriak, perasaannya tidak... gitulho!
"Rif, lu uda mandi belum?" kata Tya.
"Ia, belumlah!"
"Kok, teriak-teriak, seperti kucing kehilangan ekor." kata Tya agak gimana..., gitu."
"Ya. mandi yuk," kata Rez. " Biar Rifnya tidak kebagian kamar mandi."
Memang kawan Tya satu ini selalu iseng. Ada aja yang ia kerjain. Barangkali kalau tidak iseng, tangannya gatel. Tapi semua kawan Tya di komplek Pak Mus ini, baik-baik tingkah lakunya.Selalu menjaga kesopanan. Tidak pernah membuat kegaduhan. Yang namanya Rif seperti lakonnya di atas. Ar, orngnya alim, sopan, dan aktifis. Sat, ramah, dan punya hobi bermain musik. Res suka iseng, tapi sangat lucu. dan yang lainnya sama dah, pokoknya baik semua. Dan selalu akrab. Saling mengerti satu sama lain.Itulah yang menggembirakan hati mereka, selalu penggertian, berbagi susah senang, dan  cita-cita yang sama.
                                                                 ***
Waktu kuliah pun tiba. mereka dengan rukun saling mengajak berangkat. Canda dan tawa, terkadang berderai di antara langkah-langkah. Mereka saling bercanda, bahkan kadang mereka  mengingat kembali  hasil kuis yang diperoleh. Dan berolok-olok. Tetapi mereka sangat senang.
Sesampai di kampus biru, mereka langsung menuju ruang kuliah. Sambil menunggu dosen, mereka mengeluarkan notebook masing-masing. Itulah permainan mereka. Bukan membaca buku, kalau ada kuis. Tetapi senang main facebookkan. Katanya menghilangkan stres.
Tidak jarang mereka tertawa berderai, karena dalam fecebookkan, selalu yang dicari adalah kenalan baru.
Suatu hari mereka menemukan orang yang mau berkenalan.
Kata Rif, ini Pi. "Cantikkan! Gimana..., mau kenal enggak."
Dengan semangat juang, Pi pun menanggapi. "Mau dong, cantik nggak!"
"Kalau  melihat fotonya, boleh juga. Cantik, putih, dan begitulah.Lu mau nggak, Pi?" kata Rif.
"Mau, tolong kasih tau,boleh nggak bertemu." kata Pi sangat antusias.
"Rif memainkan jemarinya mengetik permohonan Pi. Rupanya tidak sia-sia. Bak gayung bersambut. Jawaban yang diharapkan Pi terkabul sudah.
Tanpa banyak basa-basi. Si gadis yang belum tau  warnanya pun menjawab boleh dan bisa. Kalau mau bertemu ditunggu di Pekor sore ini, pukul 17.00.
Di ruang kuliah Rif dan Pi kurang konsentrasi. Yang mereka pikirkan kata apa yang akan diungkapkan, kalau nanti bertemu gadis secantik itu.
Dosen memberi kuliah tidak lagi mereka hiraukan. Keasyikan yang mereka harapkan. bukan kehadiran dosen.
                                                                      ***
Sore yang ditunggu pun tiba. Rif dengan semangat menelpon Pi.. "Gimana Pi jadi nggak sore ini. Kalau jadi cepat mandi dan berpenampilan  yang..., yah. Biar  cewek itu menganggap kita perlente. Penampilan penting. Gengsi dong mahasiswa bernampil kaleng bekas," celoteh Rif di telepon.
"Jadi dong!  siap." kata Pi.
Mereka pun bersiap-siap. Sambil bercanda kepada Tya, Sat, Ria, Rez, mereka menghidupkan motor.
Rif berkata, "doa dulu dong, Pi! Biar misi kita berhasil."
Setelah motor  berjalan pelan, Rif dan Pi,  bercanda, doain ia semoga misi ini berhasil.
"Rif, kalau bertemu jangan malu-malu. Tunjukkan bujang ganteng ahli pah-pih. Supaya dambaan jatuh nemplok kayak permen karet." kata Rez, sambil tertawa terbahak-bahak.
Sesampai di Pekor, mereka melihat seorang gadis sedang menunggu. Rif dan Pi berpura-pura tidak ada tujuan. Setelah melewat gadis yang sesuai dengan janji. Meraka pun langsung kabur. Rupanya gadis yang dijumpai dalam Facebook, jauh panggang dari api. Sudah jelek, tua pula. Tidak sesuai dengan foto dalam Facebook.
Sesampai di komplek, Rif langsung menyetandarkan motor. Mereka tertawa tidak ada hentinya. sehingga temannya  yang lain keluar dari kamar masing-masing. Mereka diberondongi pertanyaan.Pokoknya tidak bisa cerita, orangnya ibarat langit dengan bumi.
"Makanya kalau mau mencari cewek lebih baik langsung kata Rez. Kan habis bensin, hasilnya nihil.
Sejak kejadian.itu kedua teman Tya tidak mau lagi berkenalan langsung melalu jaringan sosial.
                                                                    ***
Tya terbaring  di dipan. Jemari tangannya memainkan HP.  Udara siang ini sangat panas. Hari Sabtu merupakan hari yang  sangat bebas. Tidak ada kuliah. Temannya banyak yang pulang mudik yang ditinggal dikoz Pak Mus hanya Sat dan Tya.
Tya mengukir  harapannya meniti  masa depan meninggalkan Tanggamus permai dan menawan. Semoga sekelumit harapan ini menjadi sebuah kenyataan Amin Ya Robbalalamin.

2 komentar:

  1. DIANGKAT DARI KISAH NYATA SALAH SEORANG ANAK MALANG YANG TERKENA APES DARI TUHAN
    SEMOGA SUKSES GAN DENGAN CERITA L.E.B.A.Y NYA!
    GO...@head

    BalasHapus